Mengusung pendidikan 4.0
Pendidikan 4.0 merupakan istilah umum yang dipakai oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan beragam cara dalam mengintegrasikan teknologi cyber, baik secara fisik maupun tidak, ke dalam dunia pembelajaran. Konsep ini juga merupakan lompatan dari Pendidikan 3.0 yang lebih mencakup pertemuan ilmu saraf, psikolofi kognitif, dan teknologi pendidikan menggunakan teknologi digital dan mobile berbasis web.
Pendidikan 3.0 sendiri merupakan bagian dari tahap ke-tiga dari empat tahapan revolusi industri. Awal tahun 1970-an ditengarai sebagai kemunculan perdana revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi produksi. Debut revolusi industri generasi ketiga ditandai pula dengan kemunculan pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yaitu modem 084-969.
Sistem otomatisasi berbasis komputer tersebut membuat mesin industri tak lagi dikendalikan oleh manusia. Dampak yang dihasilkan berupa semakin murahnya biaya produksi dan mulai digunakannya komputer dalam bidang pendidikan. Era pendidikan 3.0 menurut menurut Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Informasi Sekolah Elektronika dan Informasi ITB, Dr. Armein Z R Langi merupakan kesempatan belajar yang dimiliki oleh orang-orang yang berselera tinggi akan pengetahuan dan kapasitas “metabolisme” pengetahun yang tinggi pula.
Dalam hal ini, pendidikan 4.0 berada jauh di atas hal tersebut. Bahkan dalam beberapa hal, pendidikan 4.0 merupakan fenomena yang timbul sebagai respon terhadap kebutuhan revolusi industri 4.0, di mana manusia dan mesin diselaraskan untuk memperoleh solusi, memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, serta menemukan berbagai kemungkinan inovasi baru yang dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan manusia modern.
Teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran di era revolusi industri 4.0
Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan pendidikan yang dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif. Hal tersebut salah satunya dapat dicapai dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik. Indonesia pun perlu meningkatkan kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan teknologi digital.
Sudah saatnya kita meninggalkan proses pembelajaran yang cenderung mengutamakan hapalan atau sekadar menemukan satu jawaban benar dari soal. Metode pembelajaran pendidikan Indonesia harus mulai beralih menjadi proses-proses pemikiran yang visioner, termasuk mengasah kemampuan cara berpikir kreatif dan inovatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dukungan kecerdesan buatan
Pengembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bergerak semakin cepat dan mengalami kemajuan pesat dalam setiap bidang kehidupan manusia. Mulai dari perawatan kesehatan, kontrol iklim dan hasil panen, hingga pendidikan. Penggabungan AI dengan kecerdasan alami mansusia membuat potensi individu bisa menjadi lebih maksimal dan memungkinkan pencapaian yang lebih besar.
Untuk mengembangkan dan menyebarkan solusi yang didukung oleh AI, diperlukan penerapan 6 prinsip utama. 6 prinsip tersebut adalah:
- Privasi dan keamanan.
Sama seperti teknologi awan lainnya, sistem AI harus mematahui UU privasi yang mengatur mengenai pengumpulan, penggunaan, dan penyimpanan data. Sistem AI juga harus memastikan informasi pribadi yang digunakan sesuai dengan standar privasi dan dilindungi dari pencurian dan penyalahgunaan.
2. Transparansi.
Mengingat AI semakin memengaruhi kehidupan setiap orang, informasi kontekstual mengenai bagaimana sistem AI beroperasi harus diberikan. Hal ini untuk membuat masyarakat paham mengenai bagaimana keputusan dibuat dan lebih mudah dalam mengidentifikais potensi bias, kesalahan, dan hasil-hasil yang tidak diinginkan.
3. Keadilan.
Saat sistem AI membuat keputusan mengenai perawatan medis atau pekerjaan, sistem tersebut harus membuat rekomendasi yang sama bagi semua orang dengan kualifikasi dan gejala yang serupa.
4. Keandala
Sistem AI harus dirancang agar dapat beroperasi dalam parameter yang jelas dan menjalani pengujian yang ketat untuk memastikan sistem tersebut merespons dengan aman dalam situasi yang tidak terprediksi. Sistem AI juga tidak boleh berevolusi dengan cara yang tidak sesuai dengan ekspektasi.
5. Inklusivitas
Masyarakat harus memegang peran dalam dalam membuat keputusan mengenai bagaimana dan kapan sistem AI harus dimanfaatkan.
6. Akuntabilitas
Orang yang mendesain serta memasang sistem AI haruslah bertanggung jawab mengenai bagaimana sistem tersebut akan beroperasi.
Enam hal tersebut perlu diperhatikan untuk mengubah Indonesia menjadi negara yang kompetitif namun tetap didasarkan pada kepercayaan dan panduan etika.
Solusi lembaga pendidikan menghadapi revolusi industri 4.0
Salah satu solusi bagi lembaga pendidikan dalam menghadapi revolusi pendidikan 4.0 adalah dengan menggunakan Big Data. Big Data sendiri merupakan sistem teknologi yang diperkenalkan untuk menanggulangi “ledakan informasi” seiring dengan pertumbuhan ekosistem pengguna mobile dan data internet yang semakin tinggi. Pertumbuhan tersebut sangat memengaruhi perkembangan volume serta jenis data yang terus meningkat secara signifikan di dunia maya.
Big Data dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan karena dengan penggunaannya seorang pengajar dapat meneliti dan menganalisa kemampuan anak didik dengan mudah. Tidak hanya perindividu, namun juga salam satu kelas, tingkat sekolah, maupun universitas. Universitas Indonesia telah memanfaatkan Big Data dengan menggunakan scele dan siak-ng yang merupakan penerapan e-learning untuk mempermudah pengambilan dan pengumpulan data.
Revisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai aspek pendidikan Indonesia perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kelima kompetensi itu dianggap sebagai modal yang sangat dibutuhkan untuk mampu bersaing dalam era revolusi industri 4.0. Lima kompetensi tersebut adalah:
- Kemampuan berpikir kritis.
- Memiliki kreatifitas dan kemampuan yang inovatif.
- Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik.
- Kemampuan kerjasama
- Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Untuk menghadapi perkembangan zaman pada era revolusi 4.0, para pelaku pendidikan serta kebudayaan juga harus sigap dalam menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan yang ada. Diperlukan reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis, sarana dan prasarana andal, dan teknologi pembelajaran yang mutakhir untuk siap menghadapi era revolusi 4.0.
Itulah beberapa informasi mengenai metode pembelajaran pendidikan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang perlu diketahui. Dengan menggunakan metode pembelajaran pendidikan yang tepat, diharapkan generasi muda Indonesia bisa siap dan percaya diri menghadapi berbagai tantangan dan perubahan yang terjadi akibat pengaruh dari revolusi industri 4.0.
sumber : Universitas Prasetya Mulya (Program Magister Manajeman)